nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Bukan Hanya Anak, Ibu pun Bisa Tantrum

Saat ini di Turki lagi musim panas, siang hari pun lebih panjang daripada malam. Masya Allah, rasanya hari-hari ini terbakar. Duh, katanya ini belum puncaknya lho ya. Masih di angkat 36 derajat aja, bagaimana kalau lagi puncak panasnya nih? Daaan... Kok aku jadi berpikir lebih jauh lagi ya, bagaimana kalau panasnya di neraka ya? Naudzubillah 😥

Beberapa hari ini aku kok jadi sering marah ya sama anak-anak? Cuaca panas, kok hati juga ikut kebawa panas ya? Rasanya mudah banget emosi. Apalagi nih kondisi Muiz menguji iman banget. Apa-apa jadi lebih mudah merengek dan gak berhenti sampai kemauannya diikutin. Kalau kondisi emosi stabil sih biasanya aku coba alihkan dan diajak main apa aja biar moodnya kembali tenang. 

Tapi, kalau emosiku gak stabil, rasanya kok ada singa dalam diri. Dia siap menerkam siapapun, bahkan anak bayik yang belum mengerti apa-apa bisa jadi kena imbas kekesalan. Astaghfirullah.. Yuk, kembali lagi ke jalan lurus nih.

Aku coba baca-baca nih. Biasanya istilah tantrum lekat dengan anak-anak ya. Suatu kondisi dimana seseorang tidak bisa menyalurkan perasaan emosinya sehingga meluaplah emosi tersebut dengan cara yang tidak baik. Kalau anak kecil biasanya nangis kejer sambil teriak-teriak, banting barang, bahkan sambil menyakiti diri sendiri.

Nah, kalau orang dewasa juga ternyata ada lho yang terkena tantrum. Biasanya gejala terlihat seperti marah tidak terkendali dengan nada yang tinggi dan keras, berprilaku kasar seperti memukul atau merusak barang, gelisah, stres, frustasi. Banyak penyebab kenapa terjadi seperti ini, diantaranya:

1. Pernah mengalami hal serupa di masa lalu, seperti pernah disakiti fisik atau verbal.
2. Mendapati pola asuh yang salah ketika masih kecil.
3. Mengidap gangguan mental seperti bipolar, depresi, dan lainnya, boleh ya nanti teman-teman cari tau lebih lanjut.
4. Penyalahgunaan obat-obatan sehingga mempengaruhi kondisi emosional yang tidak stabil.

Nah, diantara penyebab di atas, bisa jadi kita mengalami beberapa diantaranya, atau bahkan tidak mengalami sama sekali. Tapi, bisa jadi nih, kondisi marah yang tidak ditangani dengan baik, semakin lama akan mengakar dan mengubah kondisi diri kita menjadi pribadi yang kesehatan mentalnya tidak kuat.

Kalau bebicara kesehatan mental ini bukan hanya untuk ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) aja lho ya, orang biasa pun bisa jadi kesehatan mentalnya mudah rapuh seperti mudah marah, mudah tersinggung, mudah sedih, mudah putus asa dan lainnya. Jadi pastikan mental kita selalu sehat ya.

Nah, berhubung kemarin aku sempat jadi singa yang emosinya meluap-luap, aku mau berbagi cerita nih kejadian kemarin bagaimana mencoba menstabilkan emosi dalam diri.

1. Merubah posisi. Teringat sebuah hadits ya, kalau marah coba ubah posisi. Dari berdiri ke duduk, dari duduk ke berbaring, kalau masih marah coba ambil wudhu dan shalat, perbanyak dzikir dan tilawah.

Nah, kemarin aku rebahan aja, sambil istighfar. Terus coba deh pandang wajah anak-anak yang begitu polos. Flashback bagaimana sakitnya melahirkan, bagaimana tak mudah merawat waktu masa menyusui, dan menerawang bagaimana masa depan mereka ketika menjadi orang shaleh dan sukses. Tentu dong semunya itu akan tercapai dengan bimbingan seorang ibu hebat yang kerjaannya bukan marah-marah doang.

Singkat cerita, aku coba mencairkan emosi dengan mengajak anak-anak ngobrol. "Bundamima pusing nih, enak banget deh dulu pas lagi mual dpijit tangannya sama Kakak Syakira, langsung ilang deh mualnya. Kepalanya juga dipijitin Aa Muiz eh langsung seger. Kayanya tangan kalian sudah mulai terlatih deh." dengar pujian-pujian itu, mereka auto pijitin sampe aku terlena. Hehehe.. Setelah memijat, ada bonus tambahan deh. Syakira bersegera ke dapur membuatkan teh dengan pilihan teh hangat dan es teh. Muiz segera merapikan ruang tamu sampai rapi.

See? Terus berlatih ya, kalau kita coba ajak anak-anak ngobrol ternyata mereka peka kok kalau kita butuh bantuan, tanpa kita harus menjadi seekor singa dulu. Ups 🤭

2. Tanyakan kepada hati, kenapa sih kok emosinya tidak stabil? Kalau merenung kembali, seaneh dan seheboh apapun tingkah anak-anak kita menganggap mereka lucu dan menggemaskan. Tapi, kalau hati lagi emosi, mereka ga ngapain juga liatnya kesel, apalagi berulah.

Biasanya sih pengalaman aku, mudah banget emosi kalau kurang tidur, badan lelah, kerjaan kantor ga selesai, kerjaan rumah menumpuk, pokonya perpaduan hal-hal yang tidak nyaman. Tuh kan, bisa jadi masalahnya bukan ada pada anak, tapi manajemen dalam diri kita, yang kemudian anak-anak menjadi korban dari semuanya.

3. Membuat startegi dan solusi agar permasalahan yang dirasakan bisa teratasi

4. Bicaralah dengan keluarga atau sahabat. Ngobrol ringan atau curhat biasanya membuat kita lebih plong dan bahkan bisa menemukan energi baru.

5. Feel free ya. Jangan berpikir berat-berat dulu dan menuntut diri banyak hal. Kasih kesempatan hati dan pikiran untuk istirahat meski hanya beberapa menit saja. Syukur-syukur bisa berjam-jam ya. Hehe.. Tapi berhubung beberapa hari ini suami lagi ada acara Summer Camp jadi cukup deh bentaran aja ya, yang penting hati plong.

Nah, itu sih beberapa tips yang kemarin aku coba praktekkan ya. Bagaimana nih dengan teman-teman?



Related Posts

0 komentar