nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Bahagia Bersama Anak, Fitrah Seorang İbu

Autumn di Kültürpark, Bursa, Turki

Mengawali hari pada bulan november dengan semangat yang menyala bukanlah tanpa sebab. Berawal dari sebuah rasa yang muncul, aku merasakan kebahagiaan dan nikmat tersendiri ketika bersama anak-anak melakukan beragam aktifitas. Meski tak dipungkiri, rasa bahagia itu tentu merangkum berbagai emosi negatif di dalamnya seperti rasa kesal, marah, dan kecewa.

Kemudian entah bagaimana ceritanya diluar ekspektasi dan planning, tiba-tiba aku secara spontan mengajak teman seperjuangan sesama pelaku Homeschoolingmom dengan tiga orang anak untuk melakukan obrolan melalui telpon.

Memiliki jumlah anak yang sama, memiliki hobby yang sama dalam dunia menulis, dan ada juga kesamaan karakter yang sepertinya menggerakkan hati untuk menghubunginya. Tapi, aku juga yakin bahwa semua ini bukanlah sebuah kebetulan, Allah-lah yang menggerakkan hatiku untuk mendapatkan hikmah-hikmah yang menjadi bahan bakar semangat memulai bulan november.

"Ketika seorang ibu merasa bahagia membersamai anak-anaknya, memang itulah fitrah seorang ibu." jawabnya saat kuceritakan penuh antusias apa yang sedang kurasakan. Wah mengena banget nih, sejalan dengan topik yang beberapa hari ini sedang kudengarkan materinya dari salah seorang ahli parenting tentang fitrah orangtua dan anak, Ustad Harry Santosa Allahu Yarham.

Memang begitulah fitrah seorang ibu yang akan merasakan bahagia bila bersama anak-anaknya, karena Allah sudah menjadikan fitrahnya sebagai madrasah/pendidik pertama bagi anaknya. Jadi hati ibu akan merasa bahagia dan juga merasakan sebuah kenikmatan karena apa yang dijalaninya sejalan dengan fitrahnya sebagai madrasah bagi anaknya. 

Akupun teringat lagi konsep energi yang dijelaskan oleh dr. Aisyah Dahlan, bahwa energi itu menular terutama energi dalam rumah itu kekuatan utamanya berasal dari seorang ibu. Energi itu terpancar dengan adanya gravitasi yang menarik semangat seluruh anggota keluarga untuk mengawali dengan kesepakatan-kesepakatan yamg akan dijalankan dalam ruang lingkup keluarga. 

Jika di bulan oktober pembahasan masih dalam ruang lingkup target diri, artinya bulan ini sudah mengalami progres ke arah yang lebih meningkat. Jika dulu masih diberikan target yang bersifat untuk pribadi seperti hal apa aja yang harus dipelajari, hal apa aja minat dan bakat yang akan dikembangkan, dan juga aktifas domestik yang masuk dalam ceklis yang disukai dan tidak disukai.

Untuk bulan ini, selain target pribadi anak-anak juga diberikan tugas lainnya yang bersifat kontribusi untuk keluarga. Jadi, kami membuat daftar apa saja kegiatan harian yang bersifat domestik agar berada di rumah terasa nyaman dan membagikan tanggung jawab tersebut kepada Syakira dan Muiz juga berdasarkan kegiatan yang disukai pada bulan oktober.

Selain kesepakatan aktifitas, kami juga membuat kesepakatan terkait screen time (aktifitas menonton dan bermain game depan leptop atau gawai). Jika hari sebelumnya mereka diperbolehkan untuk melakukan screen time setelah menyelesaikan target harian, maka sekarang mereka tidak diperbolehkan sama sekali kecuali di hari minggu dengan durasi maksimal dua jam. Prosesnya kesepakatan ini tidak begitu sulit sebenarnya karena bulan sebelumnya mereka sudah mulai dilatih untuk tidak begitu ketergantungan pada aktifitas tersebut.

Mengawali pekan pertama dengan berbagai cerita, tapi yang pasti semua kebaikan-kebaikan yang sudah dicapai menjadi ukiran senyuman bahwa kami bisa melakukannya meski dibelum sempurna.

Perbaikan ke depan masih juga berputar dalam permasalahan konsistensi, keteladanan, dan juga menjaga mood agar selalu stabil. Baik mood orangtua ataupun mood anak. 
 

Related Posts

2 komentar