Waktu aku berpamitan ke Parkı, Muiz sedang mengerjakan menebalkan tulisan AlQuran. "Wah hebat nih Muiz udah langsung ngerjain aja padahal belum disuruh." ucapku sebelum berangkat. "İya Mi. Biar cepet bisa main game sama kakak mahasiswa." Tuh kan, lagi dan lagi karena urusan game. Tapi gak apa-apa lah ya setidaknya menjadi pemicu semangat buat Muiz.
Seharian ini pun Muiz sampai 2 waktu belajarnya karena ingin cepat naik level. Dia mulai menghitung kemampuannya di usia 6 tahun bisa apa aja, dan memprediksi di usianya nanti udah 7 tahun apa aja yang harus dia kuasai. İtung-itung belajar manajemen perencanaan sejak di ya.
Ketika di Parkı, aku langsung memainkan alat olahraga kesukaan. Entahlah apa namanya, tapi yang pasti membuatku nyaman terutama terhadap tulang belakang yang selama bertahun-tahun kadang bermasalah akibat traumatik kecelakaan motor.
Syakira dengan senang hati menjaga Muadz dan mempersilahkanku untuk berolahraga duluan. İnilah yang aku syukuri dari sikap Syakira. Meski dia mager kalau diajak belajar pelajaran akademik, tapi sangat bisa diandalkan urusan mengurus adik-adiknya. Tidak hanya menjaga dalam artian mengasuh, bahkan dengan senang hati memandikan, menyuapi, dan mengganti diapers (yang terkadang ayahnya aja suka pengen muntah kalau melakukan pekerjaan ini).
İnilah yang menjadi tantangan bagiku sebagai orangtua agar lebih bijak melihat potensi dan kebaikan seorang anak. Jadi sesuatu yang dianggap prestasi bukan hanya urusan akademik aja lho ya. Life skill seperti yang dilakukan oleh Syakira juga ini adalah sebuah prestasi yang tidak bisa dilakukan oleh seorang anak di usianya, bahkan orang dewasa sekalipun.
Pulang olahraga, seperti biasa Syakira menolak ketika kuajak belajar menyelesaikan tugas-tugasnya. Akhirnya aku mempersilahkan Syakira berkreasi di dapur kesukaannya. Taraaa jadilah Papeda dengan beragam porsi yang bisa disajikan untuk anggota keluarga dan kakak mahasiswa.
Muadz hari ini kuajak ngobrol terkait warna. Kalau selama ini, sudah mulai tahu nama-nama warna seperti kuning, ungu, pink, hijau, biru, tapi ketika kutunjuk warna dan diminta menebak warna apa, Muadz masih asal menebak warna. Hari ini ada perkembangan, sudah mulai konsisten menebak warna kuning, hijau, pink dan biru.
Selain itu, penanaman konsep malu sejak dini juga sudah mulai tertanam. Muadz sudah mulai faham dan mengaplikasikan rasa malu ketika membuka baju atau celana ketika dilihat orang lain. Tinggal selanjutnya ke level pemilahan kapan dan untuk hal apa menerapkan rasa malu.
Seharian ini sebenarnya gak banyak melakukan kegiatan yang bervariasi. Anak-anak bermain bersama kakak mahasiswa meski gak jauh-jauh dari gadget dari mulai belajar bahasa Turki, menggambar/mewarnai, bermain game dan menonton. Gak apa-apa lah ya, anggap saja mereka sedang belajar interaksi vertikal atau interaksi dengan orang lain yang usianya berada jauh dari mereka.
Tantangan selanjutnya yaitu aku harus mulai lebih kencang lagi membangun kesadaran terkait jadwal shalat. Jadi ketika waktunya shalat, anak-anak harus selalu diingatkan untuk segera shalat.
Tentu ini tak lepas dari pribadi aku dan suami sebagai orangtua yang harus menjadi teladan terbaik, karena masih kadang lalai juga masih asyik melakukan pekerjaan. Selain itu faktor suara adzan yang kadang tidak terdengar karena jarak masjid yang tidak dekat. Padahal sudah pasang aplikasi adzan juga tapi kadang tidak nyala. Semoga Allah permudah dalam menjalankan shalat agar tepat waktu.
Tantangan selanjutnya yaitu urusan domestik yang masih belum terhandel dengan baik. Masih ada gunungan cucian yang lupa dijemur, kamar berantakan belum sempat dirapikan, dan urusan domestik lainnya melambai-lambai minta dirapikan. Tarik nafas... Keluarkan. Hehe... Dikerjakan semampunya aja. İni juga tak lepas dari dukungan suami ya yang tidak banyak menuntut urusan rumah yamg harus selalu terlihat rapi sempurna. Alhamdulillah... Bismillah masih terus bertekad untuk menjadikan rumah lebih tertata lagi.
0 komentar