nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Membentuk Kebiasaan Baik

Seorang ibu sangat berpotensi menjadi tombol power. On atau off nya kegiatan rumah tergantung kepada ibu, mau mengaktifkan atau me-non aktifkan. Begitu juga dengan kegiatan sehari-hari, kita perlu membuat sebuah kebiasaan baik, terlepas dari mudah atau tidaknya dalam melakukan kebiasaan tersebut. Semua itu kembali lagi kepada sebesar apa power seorang ibu. 

Hari ini aku mencoba untuk membuat habit baru dalam keluarga, yaitu melakukan kegiatan olahraga di pagi hari. Tentu sebelum action, aku melakukan sounding berminggu-minggu terkait ajakan olahraga, manfaat melakukan di pagi hari, dan juga keuntungan-keuntungan menyenangkan lainnya.

Dari hari sebelumnya anak-anak udah nanya kapan mulai olahraga, lagi-lagi aku sebagai tombol power ternyata juga butuh kesiapan. Akhirnya aku memberanikan diri, membentuk mindfullnes, bahwa mendobrak kebiasaan di pagi hari dengan berolahraga adalah hal yang bisa menyenangkan.

Sebenarnya ini program aku dan anak-anak, tapi ternyata ayahnya anak-anak juga tertarik mengikuti mumpung kuliah masih libur. Horeee.. Jadilah kita berlima olahraga di Parkı terdekat. 

Hal baik yang kurasakan, badan terasa lebih ringan dan segar meski awal olahraga terasa pegal-pegal. Selama berolahraga, kami berbagi tugas menjaga Muadz yang belum bisa ditinggal sendiri. Waktu yang kudapat ketika berolahraga, dianggap sebagai me time sambil terus melakukan beragam afirmasi positif. Jadi badan gerak, pikiran juga ga hanya bengong. Hehe..

Setelah berolahraga, Muiz excited belajar menulis Al-Quran, belajar membaca Bahasa İndonesia, dan belajar tilawati. Masih seperti sebelumnya, motif semangat supaya bisa bermain game. İts oke, gak masalah selama bermain tidak berlebihan. Muiz mulai belajar konsisten dengan komitmen, misal kita sepakat bermain sekian menit, dia dengan koperatif berhenti bermain kalau sudah habis waktunya.

Pembelajaran untuk aku dan suami, Muiz termasuk tipe teratur. Dia akan sangat koperatif kalau di pagi hari membuat kesepakatan-kesepakatan kegiatan yang akan dilakukan dalam hari tersebut, termasuk dalam capaian target yang dicapai.

Syakira masih tetap mager belajar yang sifatnya akademik. Aku mencoba menerima kondisi ini. Mencoba mengingat kembali tujuan pembelajaran anak-anak. Menanamkan mindset belajar bukan hanya sekedar urusan akademik. Ada pembelajaran spiritual, emosional, sosial dan sebagainya.

Sebagai gantinya, aku meminta syakira melakukan hal positif lainnya meski gak mengerjakan tugas akademik. Akhirnya dia berkreasi di dapur, membuat paduan roti dan baklava. See? Dia itu kreatif banget kalau urusan dapur. İni juga masih terhitung belajar kan ya? Kan intinya belajar itu adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu. Syakira menjadi tahu kalau Baklava juga bisa dimakan dengan perpaduan makanan lainnya, setelahnya dia memotret hasil kreasinya dan edit sendiri.

Pembelajarannya lebih beragam dong ya jadinya. Belajar memasak, belajar photohraphy, belajar editing, dan belajar sosial karena dia menyajikan masakannya untuk orang serumah.

Muadz lagi senang bercerita. Topik hari ini menyebutkan anggota tubuh yang ternyata dia sudah sangat hafal. Kemudian dia juga di stimulus untuk menyebutkan anggota tubuh orang lain. Jadi belajar bahwa dia dan orang lain ternyata memiliki anggota tubuh yang sama. 
 
Tantangan hari ini adalah menjaga power konsistensi, bersabar ketika anak mulai menunjukkan kejenuhan dan harus mengkondisikan supaya mood anak muncul kembali. Sebahai orang yang perfeksionis, segala hal ingin sempurna dan cepat, pepatah ini cukup bagus jadi pegangan, 'Alon-alon asal kelakon'. Mencoba slow agar targetan tercapai.

#Day2JurnalRefleksi

Related Posts

0 komentar