nav#menunav { border-bottom: 1px solid #e8e8e8; }

Homeschooling Sebagai Alternatif Pendidikan Untuk Syakira

Tulisan ini berawal dari kegalauan menghadapi anak pertamaku (Syakira, 7y4m). Saat ini Syakira bersekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu memasuki kelas 1. Sejak awal mengenal bangku sekolah di taman kanak-kanak, Syakira sudah menunjukkan ketidak-minatan dalam mengerjakan kegiatan yang bersifat motorik halus, seperti menulis dan mewarnai. Seiring berjalan waktu, keengganan itu semakin terlihat hingga dia sudah punya jadwal sendiri untuk sekolah di hari tertentu yang ada olahraganya.

Sejak itu aku memahami bahwa Syakira lebih menyukai hal-hal yang melibatkan gerak fisik. Gaya belajarpun tidak bisa sekadar duduk diam mendengarkan, tapi harus diimbangi dengan gerak tangan dan kaki. Meski begitu, aku tetap mengkondisikan supaya terus sekolah meski gak setiap hari masuk. Alasan lain, dia punya masalah emosional yang sering mengalami tantrum. Aku pikir jika di sekolah akan lebih banyak teman sehingga berpengaruh kepada sisi emosional dia ketika bersosialisasi dengan temannya.

Ketika dihadapkan dengan waktunya memasuki sekolah dasar, kegalauan itu sering menghampiri kami sebagai orang tua. Memahami bahwa memasukkan ke sekolah formal bukanlah solusi terbaik melihat minat dan bakat yang sudah diperlihatkan Syakira selama ini. Namun, ada masalah lain yang menjadikan pemikiran itu berbenturan. 

Kondisi kami yang tinggal di rumah dinas salah satu Lembaga Pendidikan TK-SMA membuat berpikir ulang. 

Kenapa harus homeschooling kan sekolah sebelah rumah bahkan rumah dalam sekolah?

Sekolah ini pun menjadi sekolah yang cukup diperhitungankan kualitasnya, jadi kenapa tidak mengambil peluang bagus ini?

Bagaimana dengan sosialisasi anak kalau homeschooling? Saat ini seringnya bergaul dengan santri yang tingkat SMP-SMA. Bukan teman satu usianya.

Bagaimana pendapat orang lain dengan keanehan ini? Tinggal di sekolah tapi anaknya tidak sekolah.

Tapi.... kalau sekolah, bagaimana dengan minat dan bakat anak? Aku tak ingin membayar stupid cost karena tidak tepat memetakan kondisi anak.

Belajar bukan hanya di sekolah kan? Eh tapi, apa aku mampu kalau anak sekolah di rumah?

Ah, Pemikiran-pemikiran itu sering kali bergulat seolah saling tarik menarik. Pada satu akhir kesimpulan, aku dan suami memutuskan bahwa Syakira tetap sekolah dengan tujuan utama memberikan pengalaman sosialisasi dengan teman satu usianya. Sedangkan untuk hal yang tidak diminati, bisa berjalan dulu seiring waktu.

Saat ini aku sendiri sedang merefleksikan perjalanan syakira sekolah selama hampir satu tahun, sekitar dua bulan lagi kenaikan kelas. Selama ini apa yang terjadi? Syakira sering bolos, di sekolah pun seringkali tidak mengikuti kegiatan, dan akhirnya kami sering berantem.

Aku sadar ada yang salah. Dari awal tujuan sekolah memberikan pengalaman terkait sosialisasi, tapi aku malah melewati batas tujuan dan ekspektasi dengan menuntut syakira untuk serius mengikuti pembelajaran seperti anak lainnya. Akhirnya satu kondisi yang kami dapatkan. Sama-sama stres. Hingga satu moment, syakira benar-benar lost tidak mengikuti pembelajaran dan target apapun dan aku sibuk tenggelam dalam pekerjaan lain yang tidak membutuhkan saling berdebat.

Sekarang, aku mencoba untuk menyetir kembali ke jalan yang lurus. Hehehe.... sudah cukup masaku cooling down dalam menghadapi semua kondisi ini. Aku menata kembali tujuan dan ekspektasi terhadap Syakira. Selain itu, belajar tentang homeschooling juga meminta saran dari keluarga besar.

Belajar tidak harus dengan bersekolah formal. Belajar bisa dimana pun dan kapan pun. Asalkan aku siap membuat kurikulum, jurnal dan evaluasi tertarget bagi Syakira. Ya, aku sedang berusaha membuat formulasi itu.

Sebelum semua itu dilakukan, aku harus betul-betul membangun mindfulness. Lain kali akan aku ceritakan bagaimana prosesku membangunnya.

Hal yang pasti, kegiatan homeschooling setiap krluarga pasti memiliki pola dan metode yang berbeda. Begitupun denganku yang saat ini masih ditahap membangin pola tersebut. Aku yakin akan melewatinya dengan baik, ibarat bercocok tanam, saat ini aku sedang belajar bagaimana berkebun yang baik. Namanya berkebun akan membutuhlan proses panjang hingga sampai pada tahap memanen buah segar.

Apapun bidang yang akan ditekuni nanti aku akan terus memberikan fasilitas pembelajaran dengan baik. Saat ini hal yang menjadi minatnya adalah belajar memasak, bercerita dan menulis sebuah cerita, juga mengurus bayi 😍

Semoga Syakira menjadi anak yang memiliki integritas diri yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Related Posts

0 komentar